Jumat, 06 Mei 2016

Jika nanti aku ditempatkan...


Sahabatku yang tersayang,
Selamat, kalian terpilih dari sekian orang yang berbondong-bondong menggantungkan harapan untuk bekerja, namun Tuhan telah memilih kalian (sekarang) disini, untuk mulai mengabdikan diri.
Kalian menjalani tahap demi tahap, satu demi satu proses yang katanya di proses itu teman teman kalian digugurkan, karena kalian dianggap lebih baik.
Jabat tangan, setelah usai bicara tatap muka, mendalami peran, tanda kalian lah yang layak di sandingkan dengan kursi yang telah disiapkan.
Lalu  selembar kertas kecil, bermaterai, akan menjadi saksi kunci perjalanan kalian kedepan, ditemani satu batang tinta hitam.

Tiba-tiba, tangan kalian gemetar. Peluh dingin mengucur di sela jari kalian. Tatapan kalian tertahan pada satu kalimat. Kalimat yang membuat kalian risau tak karuan.
Detail kalimat itu jelas mengabarkan kalian ditempatkan disuatu desa. Desa yang asing kalian dengar, desa yang tidak kalian temukan namanya di peta, bahkan map berbasis satelit pun, tidak bis melacak dimana titik desa itu.

Kalian menyerah, kalian meninggalkan kertas itu. Tinta hitam memanggil2 nama kalian, tapi kalian tetap diam dan perlahan menjauh.
Kalian bergumam dan mengangkat bahu "hah, penempatanku didesa terpencil, aku bisa apa disana? Pasti disana tidak ada sinyal, tidak ada keramaian, bahkan untuk tidur pun aku tidak akan tenang. Aku akan jauh dari orang tua, aku akan susah untuk pulang, aku akan kelaparan, aku kesepian, aku akan......" terpaksa kata-kata hati kalian dihentikan. Karena ada kertas dan tinta yang akan kalian jamah.

Menit berlalu, kalian berdiri dan menyalami kembali. 
Ternyata kertas itu masih putih belum tergores.
Dengan bangga kalian koar2 "aku sudah diterima, tapi aku menolak, aku ingin yang lebih baik"

Wahai sahabatku,
Betapa bangganya pada kalian,
 bangga karena kalian mampu berada ditahap yang di idam-idamkan.
Tapi alangkah remuk,
Ketika kami berpeluh mati-matian tunggang langgang mencari,
Kalian dengan senang lapang mengakhiri.
Dengan alasan yang sangat kami benci.

Kenapa? Kalian takut? 
Bukankah setiap jengkal daratan Indonesia ini milik kalian?
Bukankah, mereka yang disana saudara kalian?
Ada yang menunggu kisah kalian.
Kenapa masih enggan berbagi, sahabat.
Bukankah niatnya sama? Untuk pengabdian?


Sahabatku yang budiman,
Jika dari awal takut  berjalan, tolong jangan melangkah
Biarkan yang lain datang, jangan beri pengharapan.
Jangan pura-pura tegar.


Untuk para sahabat yang ragu berjalan


Kamis, 31 Maret 2016

Jangan Takut Menjadi Hitam!

Kalau bicara tentang "outdoor activity", persepsi kebanyakan orang adalah suatu kegiatan yang langsung berhadapan dengan matahari. Hal tersebutlah yang mendasari kurangnya minat terhadap kegiatan luar ruangan. Takut akan paparan cahaya matahari bisa disebut Helio-Phobia. Ketakutan seperti ini bukan seperti cerita vampir, yang apabila disinari cahaya UV, akan terbakar. Tapi, lebih cendrung takut dengan efek yang ditimbulkan oleh radiasi matahari itu sendiri. "Takut Hitam" begitulah orang menyebutnya. Dua kata sakti itu sering dilontarkan kaum hawa apabila sudah berada diluar ruangan. Namun, hal itu bisa dikatakan benar, bahwa paparan sinar matahari langsung dan dalam waktu yang lama akan merusak pigmen kulit sehingga kulit akan 'terbakar' dan mengelupas. Selanjutnya, akan muncul warna kemerahan, yang disinyalir akan menggelapkan kulit. 

Lantas, bagaimana? Apakah harus terpaku pada ketakutan ini?
Sekarang, zaman sudah maju. Banyak alternatif yang ditawarkan agar terlindung dari sinar UV. Misalnya penggunaan produk sunblock, SPF, dan lain sebagainya. Aktifitas outdoor seperti berenang dilaut, mendaki gunung, hiking, akan terasa lebih nyaman jika dilengkapi dengan produk anti sinar matahari.

Nah, ada lagi nih kiat agar kamu (khususnya ladies) agar merasa aman untuk beraktifitas diluar ruangan :
1. Yakinkan hati dulu kalau mau beraktifitas luar ruangan, jangan sampai ada penyesalan belakangan, hehe
2. Usahakan menggunakan topi lapangan dan kaus kaki (jika hiking) atau topi pantai (kalau dilaut)
3. Setelah terpapar matahari, jangan  mencuci muka, atau kulit yang terbuka karena bisa menyebabkan bercak putih
4. Gunakan lulur dan masker pelembab agar kulit tidak mengering dan mengelupas setelah terpapar matahari. (Biarkan kulit dingin terlebih dahulu)
5. Yakin kalau kulit kamu bakalan cerah kembali. Wkwkwk



Jumat, 13 Maret 2015

Aku dan Ketakutan

Aku lihat berita hari ini
isinya politik semua
korupsi, kejahatan hukum,
ahh, aku bosan dengan itu

Aku takut dengan berita itu
bagaimana tidak takut,
aku takut anak-anak ku baca

Aku generasi muda,
tapi ada yang muda dari aku.
Mereka masih belajar,
belajar meniru, yang terdahulu yang menipu

Aku takut, tak ada lagi yang cemas
mencemasi negaranya

Senin, 02 Desember 2013

Sistem Syaraf Vertebrata



MAKALAH ANATOMI HEWAN
SISTEM SARAF VETEBRATA



OLEH
                                       NAMA         : ASTARI LOLITA
                                       BP                : 1110422022


logo UNAND-1.jpg



JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA)
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
      Sistem saraf adalah sebagai sistem koordinasi untuk mengantisipasi perubahan kondisi lingkungan dan perubahan status kehidupan. Perubahan lingkungan akan diinformasikan ke sistem saraf (saraf pusat dsb), saraf akan merangsang kelenjar endokrin untuk mengeluarkan hormon-hormon yang hormon dikirim ke organ target dan aktivitas metabolisme dibutuhkan  akan merangsang jaringan-jaringan. Sistem saraf mempunyai tiga peran utama yaitu mengenali lingkungan luar, merangsang organism agar menyukai lingkungan luar dan mengatur lingkungan dalam tubuh, serta menyimpan informasi. Fungsi ini terkait dengan organ reseptor dan efektor. Sistem saraf juga merupakan sistem koordinasi (pengaturan tubuh) berupa penghantaran impul saraf ke susunan saraf pusat, pemrosesan impul saraf dan perintah untuk memberi tanggapan rangsangan.Unit terkecil pelaksanaan kerja sistem saraf adalah sel saraf atauneuron.
      Informasi masuk diterima lewat saraf-saraf aferens (sensori) yang bermula dari organ. Respons (berupa gerak badan) dimulai dari impuls saraf-saraf eferens (motorik) yang merangsang otot-otot rangka. Oleh karena itu, ikan dapat berenang dan tetrapoda dapat berjalan. System saraf terdiri dari sisitem saraf sentral (CNS) dan system saraf peripheral.
      Dalam paper ini akan dijelaskan system saraf pada masing-masing vetebrata seperti pada pisces, amfibi, reptile, aves, dan mamalia. Secara umum system saraf vetebrata dapat dikatakan sama, namun terdapat perbedaan yang mempengaruhi proses kegiatannya.
1.2  Tujuan
Paper ini disusun dengan tujuan agar mahasiswa dapat mengetahui komponen system saraf (makro dan mikro) yang berfungsi melakukan aktifitas kontrol terhadap lingkungan luar dan dalam badan organism sendiri maupun vetebrata lainnya.

BAB II
ISI

2.1 Pengertian Sistem Saraf
Sistem syaraf adalah sebuah sistem organ yang mengandung jaringan sel-sel khusus yang disebut neuron yang mengkoordinasikan tindakan binatang dan mengirimkan sinyal antara berbagai bagian tubuhnya.Pada kebanyakan hewan sistem saraf terdiri dari dua bagian, pusat dan perifer.Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. Sistem saraf perifer terdiri dari neuron sensorik, kelompok neuron yang disebut ganglia, dan saraf menghubungkan mereka satu sama lain dan sistem saraf pusat. Daerah ini semua saling berhubungan melalui jalur saraf yang kompleks.Di sistem saraf enterik, suatu subsistem dari sistem saraf perifer, memiliki kapasitas, bahkan ketika dipisahkan dari sisa dari sistem saraf melalui sambungan primer oleh saraf vagus, untuk berfungsi dengan mandiri dalam mengendalikan sistem gastrointestinal.
Neuron mengirimkan sinyal ke sel lain sebagai gelombang elektrokimia perjalanan sepanjang serat tipis yang disebut akson, yang menyebabkan zat kimia yang disebut neurotransmitter yang akan dirilis di persimpangan yang disebut sinapsis. Sebuah sel yang menerima sinyal sinaptik mungkin bersemangat, terhambat, atau sebaliknya dimodulasi. Sensory neuron diaktifkan oleh rangsangan fisik menimpa mereka, dan mengirim sinyal yang menginformasikan sistem saraf pusat negara bagian tubuh dan lingkungan eksternal. Motor neuron, terletak baik dalam sistem saraf pusat atau di perifer ganglia, menghubungkan sistem saraf otot atau organ-organ efektor lain. Sentral neuron, yang pada vertebrata sangat lebih banyak daripada jenis lain, membuat semua input dan output mereka koneksi dengan neuron lain. Interaksi dari semua jenis bentuk neuron sirkuit neural yang menghasilkan suatu organisme persepsi dari dunia dan menentukan perilaku. Seiring dengan neuron, sistem saraf mengandung sel-sel khusus lainnya yang disebut sel-sel glial (atau hanya glia), yang menyediakan dukungan struktural dan metabolik. Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh. Sistem saraf memungkinkan makhluk hidup tanggap dengan cepat terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan luar maupun dalam. Untuk menanggapi rangsangan, ada tiga komponen yang harus dimiliki oleh sistem saraf yaitu: Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang bertindak sebagaireseptoradalahorganindera. Penghantar impuls, dilakukan oleh saraf itu sendiri. Saraf tersusun dari berkas serabut penghubung (akson). Pada serabut penghubung terdapat sel-sel khusus yang memanjang dan meluas. Sel saraf disebut neuron. Efektor, adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan oleh penghantar impuls. Efektor yang paling penting pada manusia adalah otot dan kelenjar.
2.2 Susunan Sistem Saraf
            Susunan sistem saraf manusia tersusun dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang.Sedangkan sistem saraf tepi terdiri atas sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom.

2.2.1.Sistem Saraf Pusat
Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting dan sebagai pusat pengatur dari segala kegiatan manusia.Otak terletak di dalam rongga tengkorak, beratnya lebih kurang 1/50 dari berat badan.Bagian utama otak adalah otak besar (Cerebrum), otak kecil (Cerebellum), dan batang otak.Otak besar merupakan pusat pengendali kegiatan tubuh yang disadari.Otak besar dibagi menjadi dua belahan, yaitu belahan kanan dan belahan kiri.Masing-masing belahan pada otak tersebut disebut hemister.Otak besar belahan kanan mengatur dan mengendalikan kegiatan tubuh sebelah kiri, sedangkan otak belahan kiri mengatur dan mengendalikan bagian tubuh sebelah kanan. Otak kecil terletak di bagian belakang otak besar, tepatnya di bawah otak besar.Otak kecil terdiri atas dua lapisan, yaitu lapisan luar berwarna kelabu dan lapisan dalam berwarna putih.Otak kecil dibagi menjadi dua bagian, yaitu belahan kiri dan belahan kanan yang dihubungkan oleh jembatan varol. Otak kecil berfungsi sebagai pengatur keseimbangan tubuh dan mengkoordinasikan kerja otot ketika seseorang akan melakukan kegiatan. Batang otak tersusun dari medula oblangata, pons, dan otak Tengah.
Batang otak terletak di depan otak kecil, di bawah otak besar, dan menjadi penghubung antara otak besar dan otak kecil. Batang otak disebut dengan sumsum lanjutan atau sumsum penghubung.Batang otak terbagi menjadi dua lapis, yaitu lapisan dalam dan luar berwarna kelabu karena banyak mengandung neuron.Lapisan luar berwarna putih, berisi neurit dan dendrit. Fungsi dari batang otak adalah mengatur refleks fisiologis, seperti kecepatan napas, denyut jantung, suhu tubuh, tekanan, darah, dan kegiatan lain yang tidak disadari.
Sumsum tulang belakang terletak memanjang di dalam rongga tulang belakang, mulai dari ruas-ruas tulang leher sampai ruas-ruas tulang pinggang yang kedua.Sumsum tulang belakang terbagi menjadi dua lapis, yaitu lapisan luar berwana putih dan lapisan dalam berwarna kelabu.Lapisan luar mengandung serabut saraf dan lapisan dalam mengandung badan saraf.
Di dalam sumsum tulang belakang terdapat saraf sensorik, saraf motorik, dan saraf penghubung.Fungsinya adalah sebagai penghantar impuls dari otak dan ke otak serta sebagai pusat pengatur gerak refleks.
2.2.2 Sistem Saraf Tepi
Sistem saraf tepi tersusun dari semua saraf yang membawa pesan dari dan ke sistem saraf pusat. Kerjasama antara sistem pusat dan sistem saraf tepi membentuk perubahan cepat dalam tubuh untuk merespon rangsangan dari lingkunganmu.Sistem saraf ini dibedakan menjadi sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom. Sistem saraf somatis terdiri dari 12 pasang saraf kranial dan 31 pasang saraf sumsum tulang belakang. Kedua belas pasang saraf otak akan menuju ke organ tertentu, misalnya mata, hidung, telinga, dan kulit.
Saraf sumsum tulang belakang keluar melalui sela-sela ruas tulang belakang dan berhubungan dengan bagian-bagian tubuh, antara lain kaki, tangan, dan otot lurik. Saraf-saraf dari sistem somatis menghantarkan informasi antara kulit, sistem saraf pusat, dan otot-otot rangka. Proses ini dipengaruhi saraf sadar, berarti kamu dapat memutuskan untuk menggerakkan atau tidak menggerakkan bagian-bagian tubuh di bawah pengaruh sistem ini.
2.3 Sistem Saraf Vetebrata
            Berikut adalah rincian system saraf vetebrata dimulai dari pisces, amfibi, reptile, aves, dan mamalia
2.3.1 Sistem saraf Pisces
Ikan merupakan vertebrate yang paling rendah derajatnya dibandingkan vertebrata yang lain. Ikan merupakan hewan yang memerlukan kemampuan bergerak yang memadai untu menghindar dari musuh dan menangkap mangsa. Selain itu ikan dituntut memiliki keseimbangan yang bagus oleh karena itu ikan memiliki perkembangan otak kecil yang lebih baik sebab otak kecil atau serebellum merupakan bagian pengontrol keseimbangan dan pusat pergerakan.(Amin thabin:2011).
Otak besar dan otak tengah berhubungan dengan saraf penglihatan. Kedua otak ini tidak berkembang dengan baik. Otak kecil merupakan tempat saraf keseimbangan dan gurat sisi. Otak kecil berkembang dengan baik. Ikan perak mempunyai otak yang pendek. Cara kerja otak pun lambat, karena rangsangan yang diterima hanya satu arah. Ikan akan cepat merangsang tanggapan bila posisi matanya dibawah benda bergerak. Lobus olfaktorius, hemisfer serebral, dan diensefalon kecil, sedang lobus optikus dan serebellum besar. Ada sepuluh pasang saraf cranial. Korda saraf tertutup dengan lengkung-lengkung neural sehingga mengakibatkan saraf spinal berpasanga pada tiap segmen tubuh. Terdapat pada ikan bertulang menulang yaitu saku olfaktoris pada moncong denga sel-sel yang sensitive terhadap subtasi yang larut dalam air, kuncup perasa disekitar mulut. Mata lebar mungkin hanya jelas untuk melihat dekat, tetapi digunakan untuk mendeteksi benda yang bergerak diatas permukaan air atau didarat didekatnya. Telinga dalam tiga saluran semisirkular dan sebuah otolitu untuk keseimbangan. Ikan tidak mempunyai telinga tengah jadi tidak ada gendang telinga. Oleh sebab itu, vibrasia atau suara diterima dan diteruskan melalui kepala atau tubuh. Garis lateral tubuh mempunyai perluasan di daerah kepala dan berguna untuk mendeteksi perubahan tekanan arus air (seperti menghindar dari batu-batuan). Garis lateral itu diinervasi oleh saraf cranial xeX (N. Vagus), oleh sebab itu beberapa ahli bahwa telinga tengah pada vertebrata air berasal sama seperti garis lateral.(scribd:2010)
2.3.2 Sistem saraf Amfibi
Otak terbagi atas lima bagian dan serebellum merupakan bagian yang terkecil. Ada sepuluh saraf cranial. Tiga saraf pertama membentuk brakeal. Saraf ke tujuh, ke delapan dan kesembilan membentuk pleskus isdiakidus. Bagian otak yang berkembang dengan baik adalah otak tengah sebagai pusat penglihatan.
Otak besar berhubungan dengan indra pencium dan otak kecil hanya merupakan lengkung mendatar yang menuju ke sumsum lanjutan yang tidak berkembang dengan baik.
Sebagai contoh adalah katak, Pada katak yang paling berkembang adalah penglihatannya oleh karena itu bagian otak secara keseluruhan hanya berbentuk memanjang sebab bagian otak kecilnya tidak begitu berkembang.
2.3.3 Sistem saraf Reptil
Otak besar berkembang dengan baik, sebagai pusat saraf pembau. Otak besar ini meluas sehingga menutupi otak tengah. Bagian lainnya kurang berkembang.
Bangsa reptile umumnya memiliki daya penciuman yang sangat tajam oleh sebab itu bagian otak yang merupakan pusat penciumannya lebih berkembang dan bentuknya lebih besar dan memanjang kearah depan.
5-a3141f6929.jpgGambar 1. Ular
2.3.4 Sistem Saraf Aves
Otak burung telah berkembang cukup baik. Otak besar dan otak kecilnya berukuran relatif besar. Permukaan otak besar tidak berlipat. Otak tengah berbentuk gelembung, berkembang dengan baik dan merupakan pusat saraf penglihat. Otak kecil permukaanya berlipat-lipat sehingga mampu menampung sel saraf dalam jumlah yang banyak. Otak kecil sebagai pusat pengatur keseimbangan burung pada waktu terbang. Burung merupakan hewan aktif yang banyak melakukan pergerakan serta memiiki keseimbangan yang bagus terutama saat terbang. Beberapa burung juga memiliki ketajaman penglihatan yang bagus. Karena itu pusat koordinasi gerak dan keseimbangan burung berkembang baik hal ini dapat terlihat dari adanya lekukan-lekukan pada otak kecil burung yang menjadikan volume otak kecilnya menjadi lebih besar.
2.3.5 Sistem saraf Mamalia
Pada mamalia seluruh bagian otaknya berkembang dengan baik dan sempurna. Permukaan otak besar dan otak kecilnya berlipat-lipat, sehingga dapat menampung lebih banyak neuron. Di antara vertebrata, mamalia memiliki perkembangan otak yang paling baik. Mamalia merupakan vertebarta yang memiliki derajat tertinggi dan hal ini terbukti dari perkembangan otaknyapun dapat jelas terlihat dimana otak kecil dan otak besarnya berkambang dengan baik dan ini jelas sesuai dengan aktifitas-aktifitas yang dilakukan mamalia.
Gambar 2. system saraf pada manusia sebagai mamalia


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
     Sistem saraf merupakan sistem koordinasi (pengaturan tubuh) berupa penghantaran impul saraf ke susunan saraf pusat, pemrosesan impul saraf dan perintah untuk memberi tanggapan rangsangan. Unit terkecil pelaksanaan kerja sistem saraf adalah sel saraf atau neuron. Sistem saraf adalah sebagai sistem koordinasi untuk mengantisipasi perubahan kondisi lingkungan dan perubahan status kehidupan (reproduksi dsb). Perubahan lingkungan akan diinformasikan ke sistem saraf (saraf pusat dsb), saraf akan merangsang kelenjar endokrin untuk mengeluarkan hormon-hormon yang hormon dikirim ke organ target dan aktivitas metabolisme dibutuhkan  akan merangsang jaringan-jaringan.
     Semakin tinggi tingakatan taksanya maka system saraf pada vetebrata semakin kompleks, hal ini dibuktikan dengan masing bagian dari vetebrata memiliki struktur yang berkembang secara continiutas pada tiap tingkatannya. Mamalia menduduki posisi yang jauh lebih sempurna system sarafnya dibanding vetebrata lainnya.
3.2 Saran
            Makalah ini tidak luput dari kesalahan, baik penulisan, litelatur, maupun isi dari makalah ini sendiri. Kritik dan saran yang konstruktif dibutuhkan guna perbaikan makalah ini.

EKOLOGI



I.  PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Ekologi merupakan ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya (hubungan timbal balik). Kehidupan organisme yang ada pada wilayah atau habitat tertentu sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan abiotik maupun biotik. Faktor lingkungan tersebut merupakan faktor yang berpengaruh terhadap organisme dalam proses perkembangannya. Apabila terjadi gangguan terhadap lingkungan maka secara langsung akan berdampak pada populasi dari organisme tersebut (Odum, 1971).
            Lingkungan yang baik pada sebuah habitat akan menjamin keberlangsungan hidup suatu individu. Tidak ada organisme yang mampu berdiri sendiri tanpa dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang ada dan harus ada kondisi lingkungan yang ada tertentu yang berperan terhadapnya dan menentukan kondisi hidupnya. Lingkungan merupakan kompleks dari berbagai faktor yang saling berinteraksi satu sama lainnya, tidak hanya antara faktor biotik dan abiotik, akan tetapi antara biotik itu sendiri dan juga antara abiotik dengan abiotik (Campbell, Reece and Mitchel, 2004).
            Faktor lingkungan mencakup segala sesuatu yang ada di daratan maupun perairan. Sama seperti halnya faktor lingkungan di daratan atau yang dikenal dengan faktor terestrial, pada daerah akuatik juga dipengaruhi oleh biotik dan abiotik. Faktor biotik yang mendomonasi adalah kehidupan hewan dan tumbuhan yang membutuhkan lingkungan yang stabil untuk perkembangannya. Contohnya, tumbuhan memerlukan cahaya untuk berfotosintesis. Jadi, terdapat hubungan yang kompleks dari faktor tersebut (Resosoedarmo, Kartawirata, Soegianto, 1985).
            Faktor abiotik yang mempengaruhi lingkungan biotik merupakan komponen tak hidup berupa faktor fisika maupun faktor kimiawi yang merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan atau lingkungan tempat hidup. Komponen abiotik dapat berupa faktor yang mempengaruhi distribusi organisme seperti suhu


 air, cahaya, matahari, kelembaban udara, dan kecepatannya. Faktor tersebut terdapat pada lingkungan terestrial (daratan) (Soemarwoto, 1991).
Pada faktor biotik yang telah diulas, meliputi semua organisme hidup baik itu konsumen, produsen, atau dekomposer. Namun, faktor lingkungan yang biotik dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif  adalah faktor abiotik. Dalam mencari data kuantitatif dan kualitatif tersebut dibutuhkan alat khusus atau alat tertentu (Hanum, 2009).
            Faktor lingkungan terestrial yang meliputi daerah daerah membutuhkan alat yang bisa digunakan didarat untuk mengukur berapa faktor lingkungan seperti suhu dan kelembaban udara, maupun ditanah atau permukaan. Untuk itu, perlu pemahaman tentang cara penggunaan alat dilingkungan terestrial. Hal tersebut yang melatar belakangi faktor lingkungan terestrial.

1.2    Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui faktor lingkungan terestrial dan alat yang digunakan untuk mengetahui lingkungan terestrial.

1.3    Tinjauan Pustaka
Ekologi adalah suatu pengkajian ilmiah atau ilmu yang mempelajari tentang hubungan timbal balik antara organisme dengan lingkungannya. Ekologi atau kajian ekologi memiliki tingkat organisasi komponen biologis yang salah satu dianataranya adalah ekosistem. Ekosistem merupakan bagian dasar dari suatu ekologi yang terdiri atas semua organisme hidup (faktor biotik) dan lingkungan abiotik yang mengelilinginya serta dapat menompang semua kebutuhan hidupnya sendiri (Resosoedarmo et al, 1985).
Didalam suatu ekosistem, organisme yang menyusun atau yang berada ditempat tersebut. Kehidupannya sangat ditentukan oleh faktor–faktor lingkungannya akuatik dan lingkungan terestrial. Terestrial merupakan wilayah daratan atau permukaan tanah. Sedangkan ekosistem terestrial merupakan hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya diwilayah daratan (Setiadi, 1989).
Organisme didalam suatu lingkungan bertautan erat sekali dengan sekelilingnya, sehingga organisme tersebut akan membentuk bagian dengan lingkungannya. Interaksi suatu organisme dengan lingkungan disekelilingnya akan menentukan ukuran populasi dan  penyebarannya. Faktor-faktor ini mungkin tidak seragam pentingnya terhadap semua organisme dalam lingkungan (Michael, 1990).
            Faktor-faktor lingkungan akan mengendalikan laju berfungsinya berbagai proses hidup dalam suatu organisme. Kombinasi faktor yang menghasilkan keluaran maksimum dalam sebuah proses disebut optimum untuk proses itu. Setiap proses memiliki batas atas dan bawah toleransi untuk masing-masing faktor lingkungan. Jika setiap faktor keberadaannya kurang dalam sebuah lingkungan atau keberadaannya berlebihan, hewan atau tanaman yang bergantung padanya, tidak akan ada didalam daerah tersebut. Faktor-faktor dapat digantikan keberadaannya oleh yang lain (Michael, 1990).
Faktor lingkungan abiotik merupakan semua aspek kimia dan fisika dari lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan distribusi hewan dan tumbuhan. Udara dan tanah adalah faktor abiotik yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan organism-organisme terisrial. Selain pengukran pada kondisi fisika kimia sebagai faktor lingkungan habitatnya, kehadiran tumbuhan terutama dapat mempengaruhi kondisi udara dan tanah. Mikrolimat merupakan kondisi udara yang berpengaruh dan berhubungan langsung dengan tumbuhan. Walaupun hanya dalam daerah yang sangat kecil, mikrolimat dapat menyebabkan adanya variasi dalam tipe dan komposisi tumbuhan. Komponen mikrolimat tersebut antara lain temperatur udara (suhu), kelembaban udara, intensitas cahaya dan kecepatan angin. Suhu berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat yang diperlukan organisme untuk hidup. Pada beberapa jenis organisme, yang ada yang hanya dapat hidup pada kisaran suhu tertentu. Suhu lingkungan merupakan faktor penting dalam ekosistem karena pengaruhnya pada proses fisiologis organisme penghuni ekosistem (Odum, 1971).
Kelembaban udara merupakan sejumlah uap air yang terkandung diudara atau atmosfer, biasanya dinyatakan dalam berat uap air untuk setiap volume udara tertentu. Setiap suhu tertentu ditempat yang sama akan memberikan harga kelembaban tertentu disebut kelembaban absolut. Alat yang digunakan untuk menentukan kelembaban relatif adalah sling psychrometer (Setiadi, 1989). Menurut Arsyad (2010) Selain pengukuran pada kondisi udara, faktor lingkungan lain yang juga dapat diukur dan memberikan pengaruh terhadap ekosistem adalah tanah. Tanah merupakan sebuah badan yang terbentuk dari hasil pelapukan batuan akibat aktivitas iklim dan organisme serta materi organik hasil proses dekomposisi yang mampu mendukung kehidupan.
Tanah merupakan tempat hidup organisme. Jenis tanah yang berbeda menyebabkan organisme yang hidup didalamnya juga berbeda. Tanah juga menyediakan unsur-unsur penting bagi pertumbuhan organisme. Struktur fisik, pH, komposisi mineral didalam tanah akan membatasi persebaran tumbuhan  dan hewan yang memakannya, sehingga menjadi salah satu penyebab timbulnya pola mengelompok pada area tertentu yang acak pada ekosistem terestrial (Campbell et al., 2004).
Pada ekosistem terestrial, tanah merupakan faktor lingkungan yang amat penting. Tanah merupakan substrat alami bagi tumbuhan, habitat bagi detrivora dan mikroba.Didalamnya mineral dan zat organik terkumpul.Akan tetapi, hal tersebut tidak bisa dimanfaatkan bila kondisi fisika-kimia tanah diluar toleransi organisme yang ada didalamnya atau diatasnya. Faktor fisika-kimia tanah mempengaruhi sebaran organisme tanah baik secara vertikal (hewan tanah dan mikroba), maupun horizontal (vegetasi). Oleh karenanya dalam analisis ekosistem terestrial perlu untuk mengumpulkan data fisika-kimia tanah. Beberapa pengukuran yang dapat dilakukan dalam pengukuran fisika-kimia tanah diantaranya adalah suhu tanah, pH tanah, tekstur tanah, profil tanah, porositas, kelembaban tanah, dan lain-lain (Setiadi, 1989).


II.    PELAKSANAAN PRAKTIKUM
2.1    Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 19 Februari 2013 di Laboratorium Pendidikan 4, Jurusan Biologi, Fakultas Maematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas Padang.

2.2    Alat dan Bahan
Ala yang digunakan pada praktikum kali ini adalah GPS, anemometer, soill moisture meter, termometer, pH meter, lux meter, pengukur curah hujan sederhana, dan sling psyhcrometer.

2.3    Cara Kerja
Praktikum ini dilaksanakan diluar laboratorium. Praktikan dibagi menjadi 6 kelompok besar dengan 6 pos yang berbeda. Tiap pos dikunjungi secara bergantian. Ditiap pos terdapat asisten yang akan menjelaskan tentang cara kerja alat, manfaat alat yang akan digunakan untuk pengukuran lingkungan terestrial. Penjelasan tersebut kemudian dicatat dan alat di foto menggunakan kamera atau kamera HP.


III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1    Hasil
Dari praktikum yang dilakukan maka didapat hasil dari cara kerja dan penggunaan alat yang digunakan untuk faktor lingkungan terestrial. Alat-alat yang digunakan adalah GPS, anemometer, soil moisture meter, termometer, pH meter, lux meter, pengukur curah hujan sederhana, dan sling psyhcrometer.

3.2    Pembahasan
3.2.1 Lux Meter
Alat ini terdiri dari dua komponen, yaitu sensor cahaya dan skala pengukuran. Alat ini memiliki tombol on-off, kemudian kalibrasikan nilai yang tertera pada layar sensor cahaya pada skala normal atau nol. Data pada daerah yang akan diukur, selanjutnya bandingkan dengan intensitas cahaya pada daerah yang ternaungi, agar terlihat perbandingan data intensitas cahaya. Menurut Irshady (2011) lux meter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur intensitas cahaya, kelebihan alat ini adalah mampu mengkalibrasikan nilai sampai dengan kelipatan 4, alat ini cukup efektif digunakan untuk pengamatan intensitas cahaya. Cahaya sangat penting untuk kehidupan organisme di lingkungan terestrial dan menjadi faktor utama dari lingkungan tersebut.
Menurut Hanum (2009), Alat ini menggunakan 2 termometer dimana termometer pertama untuk mengukur suhu udara biasa dan kedua untuk mengukur suhu udara jenuh karena bagian bawah tersebut dilengkapi kain basah. Berdasarkan bacaan dari kedua termometer, nilai kelembaban relatif dapat ditentukan dengan menggunakan tabel konversi tertentu. Selain sling psychometer kelembaban juga dapat diukur dengan hygrocheck hanna HI 98601 yang dilengkapi sensor sehingga penggunaan relatif lebih mudah.


3.2.2 Sling Psyhcrometer
Sling psyhcrometer terdiri dari dua pengukuran skala kelembaban, yaitu skala atas dan skala bawah. Skala atas menunjukkan bahwa udara kering dan skala bawah menunjukkan udara basah atau lembab. Skala bawah biasanya dibalut dengan kapas yang basahi terlebih dahulu, selanjutnya putar sling selama 3 menit atau 10 kali kekanan dan kekiri. Kemudian baca skala yang terbaca dan cocokkan dengan tabel pada buku panduan dan bandingkan skala tersebut dengan nilai relatif. Semakin kecil nilai yang didapat maka semakin kering kelembaban udara pada suatu tempat. Menurut Irshady (2011), udara yang lembab memiliki nilai perbandingan relatif yang rendah. Alat ini merupakan metode konvensional yang digunakan untuk mengukur kelembaban udara. Kelembaban udara sangat berpengaruh untuk organisme terestrial atau daratan karena dapat meningkatkan atau mengurangi angka kelahiran.
Alat ini menggunakan 2 termometer dimana termometer pertama untuk mengukur suhu udara biasa dan kedua untuk mengukur suhu udara jenuh karena bagian bawah tersebut dilengkapi kain basah. Berdasarkan bacaan dari kedua termometer, nilai kelembaban relatif dapat ditentukan dengan menggunakan tabel konversi tertentu. Selain sling psychometer kelembaban juga dapat diukur dengan hygrocheck hanna HI 98601 yang dilengkapi sensor sehingga penggunaan relatif lebih mudah (Hanum, 2009).
3.2.3 GPS (Global Position System)
Alat ini berbentuk seperti ponsel atau handphone, memiliki tombol on-off dan tombol navigasi serta tombol menu. Pada layar apabila dihidupkan akan terdapat data tentang penunjuk ketinggian, kompas sebagai penjuk arahnya, serta koordinat. GPS terhubung langsung dengan satelit yang terdapat diluar angkasa. Menurut Odum (1971), GPS tidak dapat digunakan pada hutan yang memiliki kanopi pohon yang sangat rapat. GPS ini terhubung langsung dengan satelit buatan Amerika serikat untuk mempermudah penjelajah atau peneliti mengetahui kordinat tempat berdiri serta ketinggian suatu tempat dari permukaan laut.
GPS adalah singkatan dari Global Position System yang merupakan sistem untuk menentukan posisi dan navigasi secara global dengan menggunakan satelit. Sistem yang pertama kali dikembangkan oleh Departemen Pertahanan Amerika ini digunakan untuk kepentingan militer maupun sipil (survei dan pemetaan). Sistem GPS, yang nama aslinya adalah NAVSTAR GPS (Navigation Satellite Timing and Ranging Global Positioning System), mempunyai tiga segmen yaitu satelit, pengontrol, dan penerima / pengguna. Satelit GPS yang mengorbit bumi, dengan orbit dan kedudukan yang tetap (koordinatnya pasti), seluruhnya berjumlah 24 buah dimana 21 buah aktif bekerja dan 3 buah sisanya adalah cadangan (Azhar, 2004).

3.2.4 Corong curah hujan
Corong curah hujan merupakan alat pengukuran untuk curah hujan yang sederhana. Alat ini terdiri dari 2 komponen yaitu bejana penampung air hujan dan corong atau cerocok. Cara meletakkan bejana hendaknya didalam lubang agar tidak terganggu oleh organisme lain. Corong curah hujan adalah metode sederhana untuk mengukur curah hujan. Terdiri dari bejana dan corong yang berbentuk seperti cerocok. Penampung air hujan diletakkan terbenam kedalam tanah agar mengurangi penguapan dan tidak terganggu oleh organisme lain. Metode ini sangat mudah digunakan dan alat-alat yang dibutuhkan juga sangat ekonomis. curah hujan sangat, memepengaruhi habitat dari suatu makhluk hidup. Dimana daerah bioma gurun dan setengah gurun curah hujannya sangat rendah, lebih kurang 25 cm/tahun. Sementara itu pada bioma padang rumput curah hujannya antara 25-50 cm/tahun dan bebrapa padang rumput juga curah hujannya mencapai 100 cm/tahun. Turunnya hujan yang tidak teratur tersebut menyebabkan porositas dan draniase kurang baik sehingga tumbuhan sukar mengambil air (Odum, 1971).
            Menrut Djamal (2007), curah hujan sangat, memepengaruhi habitat dari suatu makhluk hidup. Diman daerah biome gurun dan setengah gurun curah hujannya sangat rendah, lebih kurang 25 cm/tahun. Sementara itu pada biome padang rumput curah hujannya antara 25-50 cm/tahun dan bebrapa padang rumput jugacurah hujannya mencapai 100 cm/tahun. Turunnya hujan yang tidak teratur tersebut menenyebabkan porositas dan draniase kurang baik sehingga tumbuhan sukar mengambil air.
3.2.5 pH         
Alat pengukur pH yang lebih modern dan konvensional. Biasanya untuk pengukuran sampel tanah harus dihomogenkan terlebih dahulu dengan air, selanjutnya itu celupkan pH yang tertera pada layar. Odum (1971) menyatakan bahwa pH suatu sampel asam memiliki nilai dibawah 7, sedangkan pH diatas 7 merupakan pH basa. pH meter sangat efektif untuk mengukur pH kelayakan pada alat. Semakin tinggi pH suatu tanah maka akan menyebabkan organisme yang berada ditanah atau mencari makan didalam tanah akan memberikan pengaruh yang beruk untuk organisme unutuk tumbuhan dan hewan tersebut.
pH tanah adalah faktor kimia tanah penting yang menggambarkan sifat asam atau basa tanah. Nilai pH tanah adalah nilai aktif logaritma dari aktifitas ion hidrogen tanah. Besarnya nilai pH tanah dipengaruhi oleh banyaknya faktor diantaranya jenis batuan induk, tipe vegetasi dan aktivitas pemupukan. PH tanah menetukan ketersediaan unsur-unsur hara bagi tumbuhan. Pengukuran pH tanah bisa dilakukan dengan pH-meter elektronik, soil tester dan kertas pH universal (Hanum, 2009).

3.2.  Soil Moisture Meter
Soil moisture meter berbentuk seperti kotak yang memiliki tangkai, namun ada pula yang berbentuk seperti pensil. Alat ini digunakan untuk pengukuran kelembaban tanah. Cara menggunakan alat ini yang pertama dilakukan penancapan ketanah dan dilihat nilai kelembaban tanah tersebut pada skala pengukuran yang terdapat pada soil meter tersebut. Tanah yang lembab akan memiliki nilai kelembaban berkisar antara 10-15, sedangkan tanah yang agak lembab memiliki nilai berkisar antara 4-6.
Soil meter merupakan salah satu alat pengukur kelembaban tanah, penggunaan alat ini sangat mudah, hanya ditancapkan kedalam tanah yang diinginkan untuk diketahui nilai kelembabannya. Tanah yang kering akan menujukkan nilai skala diantara 1-7 dan tanah yang lembab akan memiliki nilai skala diantara 10-20 (Odum, 1971). Menurut Hanum (2009), Soil Thermometer prinsipnya hampir sama dengan termometer biasa, hanya bentuk dan panjangnya berbeda. Pengukuran suhu tanah lebih teliti daripada suhu udara. Perubahannya lambat sesuai dengan sifat kerapatan tanah yang lebih besar daripada udara. Suhu tanah yang diukur umumnya pada kedalaman 3,5 cm, 6 cm,dan  10 cm. Macam alat disesuaikan dengan kedalaman yang akan diukur. Termometer berada dalam tabung gelas yang berisi parafin, kemudian tabung diikat dengan rantai lalu diturunkan dalam selongsong tabung logam ke dalam tanah. Pembacaan dilakukan dengan mengangkat termometer dari dalam tabung logam, kemudian dibaca. Adanya parafin memperlambat perubahan suhu ketika termometer terbaca di udara.

3.6.7   Anemometer
Anemometer merupakan alat pengukur kecepatan angin. Alat ini berbentuk seperti kipas angin memiliki baling-baling sebagai pengukur kecepatan angin yang berhembus pada lingkungan sekitar. Alat ini memiliki layar skala kecepatan. Untuk ke akuratan data lakukan pengulangan pada pengujian data sebanyak tiga kali. Skala 2 m/s menunjukkan data bahwa pada disuatu daerah atau lingkungan tersebut memiliki angin yang kuat. Menurut Irshady (2011), angin yang kuat berkisar antara 2-3 m/s. Hal ini dapat dibuktikan dengan kecepatan baling-baling anemometer berputar dalam jangka 30 detik. Alat ini biasanya diletakkan dalam keadaan tergantung.
Menurut Hanum (2009), kecepatan angin adalah jarak tempuh angin atau pergerakan udara persatuan waktu dan dinyatakan dalam satuan meter perdetik (m/s), kilometer perjam (km/jam) dan mil perjam (mi/j). Satuan mil (mil laut) perjam disebut juga knot (kn) ; 1 kn=1,85 km/jam=1,151mi/j=0,514 m/d atau 1 m/d= 2,237 mi/j=1,944 kn. Kecepatan angin bervariasi dengan ketinggian tanah sehingga dikenal adanya profil angin, dimana makin tinggi gerakan angin makin cepat. Kecepatan angin diukur dengan alat yang disebut anemometer.
3.6.8   Termometer
Dari praktikum yang dilakukan untuk pengenalan alat pengukuran suhu udara yaitu dengan menggunakan suhu udara. Alat ini berbentuk batangan yang memiliki skala pengukuran dalam satuan calvin atau fahreinhait. Termometer yang sebaiknya digunakan pada penelitian  adalah Termometer maksimum-minimum. Pengecekkan data dapat dilakukan minimal sekali sehari. Menurut Setiadi (1989), Termometer raksa tidak bisa digunakan untuk penelitian karena hanya dapat digunakan pada suatu waktu saja, selain itu termometer raksa membutuhkan biaya yang cukup besar resta perawatan alat yang rutin.
            Menurut Handayanto dan  Hiriah  (2009), untuk mengukur suhu tanah dipergunakan alat weksler. Termometer pada alat ini disimpan dalam tabung kayu yang ujungnya berupa logam meruncing. Antara logam dengan termometer terdapat serbuk logam yang menutupi ujung termometer dan terdapat pada bagian atas logam meruncing tadi. Panas dari tanah akan mempengaruhi logam dan kemudian akan diinduksikan ke serbuk logam.
Pengukuran temperatur dapat dilakukan secara kuantitaif dan kualitatif. Pengukuran kauntitatif dinyatakan dalam satuan kalori, yaitu gram kalori atau kilogram kalori sedangkan pengukuran kualitatif dinyatak dalam derajat celcius, fahrenheit, reamur, atau kelvin. Pengukuran bisa dilakukan dengan termometer. Prinsip kerjanya berdasarkan pemuaian dan penerutan suatu zat padat atau cair akibat pemanasan dan pendinginan (Wirakusumah, 2003).


IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1    Kesimpulan
Dari praktikum faktor lingkungan terestrial ini, maka dapat disimpulkan beberapa hal antara lain :
1.    Lux-meter digunakan untuk mengukur intensitas cahaya.
2.    Sling psyhcrometer digunakan untuk mengukur kelembaban udara.
3.    GPS (Global Position System) digunakan untuk mengukur atau mengetahui ketinggian, menunjukkan angka ketinggian dan lokasi yang dituju.
4.    Corong curah hujan digunakan untuk menghitung volume curah hujan.
5.    pH meter digunakan untuk pengukuran suhu pada tanah.
6.    Soil moisture meter digunakan untuk mengukur kelembaban tanah.
7.    Anemometer digunakan untuk mengukur kecepatan angin.
8.    Termometer digunakan untuk mengukur suhu udara.

4.2         Saran
Dalam melaksanakan praktikum ini disarankan kepada praktikan agar lebih memperhatikan penjelasan dan cara penggunaan alat.


DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor
Azhar. 2004.  Penentuan Posisi Dengan GPS Dan Aplikasinya. Pradanya. Jakarta
Campbell, N. A. J. B Reece and L.G Mitchel. 2004. Biologi. Erlangga. Jakarta
Djamal, I.2007.Prinsip-Prinsip Ekologi Ekosistem, Lingkungan dan Pelestariannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Handayanto, E. Hiriah, K. 2009. Biologi Tanah. Yogyakarta: Pustaka Adipura.
Hanum, W. 2009.Ekologi. Erlangga. Jakarta
Irshady. 2011. Ekologi. UGM Press.Yogyakarta
Michael, P. 1990. Ekologi Untuk Penyediaan Lahan dan Laboratorium. Jakarta Press.Universitas Indonesia
Odum, E.P. 1971. Fundamental of Ecology. W. B. Saunder  Com. Phildelphia 125. Pp.
Resosoedarmp, K. dan Soegianto. 1985. Pengantar Ekologi. Gramedia. Jakarta
Setiadi, D. 1989. Dasar-Dasar Ekologi. IPB Press. Bogor
Soemarwoto, O. 1991. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Gramedia. Jakarta
            Wirakusumah, S. 2003. Dasar-dasar Ekologi. Jakarta: UI Press


LAMPIRAN



 
Gambar 1. Anemometer                        Gambar 2. Corong curah hujan


              
Gambar 3.GPS                                                  Gambar 4.Lux meter


Gambar 5. Moisture meter                                         
 Gambar 6.PH meter
Gambar 7. Sling psychrometer